loading...
Sebagaimana agama hindu yang telah tumbuh dan berkembang di hindustan, anutan agama budha pun mulai tumbuh di wilayah ini dengan anutan yang berbeda, hingga ada alhasil nanti sampai ke asia timur, asia tenggara dan Indonesia.
Pada masa ke-6 SM, di daerah Lumbini, kaki Pegunungan Himalaya (sekarang bab dari wilayah negara Nepal), ada sebuah kerajaan yang berjulukan Kapilawastu. Pada sekitar tahun 563 SM, kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang berjulukan Suddodhana.
Pada tahun tersebut lahir seorang putra Raja Suddodhana yang berjulukan Pangeran Sidharta. Sejak lahir, banyak cenayang dan pendeta yang meramalkan bahwa Pangeran Sidharta akan menjadi seorang tokoh besar, namun sebelumnya ia akan mendapatkan banyak sekali kesusahan dan penderitaan.
Untuk mencegah biar ramalan tersebut tidak menjadi kenyataan, maka Pangeran Sidharta dikurung dalam istana dan sama sekali dihentikan keluar biar tidak menyaksikan banyak sekali macam penderitaan dan kesusahan yang dialami manusia.
Namun suatu hari di tahun 533 SM ketika Pangeran Sidharta berusia 29 tahun, ia berkesempatan untuk keluar istana dan berjalan-jalan ke beberapa desa di sekitar istananya. Dalam perjalanan itu, Pangeran Sidharta menyaksikan banyak sekali macam hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Ada mayit manusia, orang bau tanah yang sakit-sakitan, dan orang-orang yang berpenyakit kulit. Oleh alasannya terdorong oleh keingintahuannya, Pangeran Sidharta memutuskan untuk meninggalkan istana dan segala kemewahan yang dirasakannya semenjak kecil.
Ia lalu mengembara untuk mencari hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Pada suatu hari di tahun 528 SM, Pangeran Sidharta datang di sebuah desa berjulukan Ghaya yang terletak di tepi Sungai Gangga.
Di bawah sebatang pohon kalpataru yang rindang, ia bertapa. Pada suatu malam, ia merasa menerima pencerahan dan memahami hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Sejak itu ia menjadi Buddha (artinya yang menerima pencerahan).
Sementara tempatnya bertapa dinamakan Bodhi Ghaya dan pohon yang menaunginya ketika menerima pencerahan dinamakan pohon bodhi.
Setelah menerima pencerahan, Sidharta melanjutkan pengembaraannya. Sidharta datang di Taman Rusa yang terletak di Desa Sarnath, Benares.
Adapun empat kebenaran mulia tersebut yakni sebagai berikut.
1) Dalam kehidupan manusia, penderitaan lebih mahir daripada kebahagiaan.
2) Penderitaan insan timbul alasannya adanya hasrat untuk hidup.
3) Hanya dengan usaha, maka penderitaan itu sanggup terhapus.
4) Cara mencapainya sanggup dilakukan dengan menjalankan delapan jalan utama (astavida).
Ajaran Buddha tidak mengenal sistem kasta. Semua pengikut Buddha yakni sama kedudukannya dan semua wajib mengamalkan ajaran-ajaran sang Buddha yang disebut Dharma.
Buddha Hinayana berarti kendaraan kecil, sedangkan Buddha Mahayana berarti kendaraan besar. Perbedaan pandangan antara aliran Hinayana dengan Mahayana dalam hal keanggotaan sangha, impian dan tujuan tamat kehidupan manusia, serta perbedaan keyakinan wacana masyarakat dewa.
Sumber https://www.berpendidikan.com
Pada masa ke-6 SM, di daerah Lumbini, kaki Pegunungan Himalaya (sekarang bab dari wilayah negara Nepal), ada sebuah kerajaan yang berjulukan Kapilawastu. Pada sekitar tahun 563 SM, kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang berjulukan Suddodhana.
Pada tahun tersebut lahir seorang putra Raja Suddodhana yang berjulukan Pangeran Sidharta. Sejak lahir, banyak cenayang dan pendeta yang meramalkan bahwa Pangeran Sidharta akan menjadi seorang tokoh besar, namun sebelumnya ia akan mendapatkan banyak sekali kesusahan dan penderitaan.
Untuk mencegah biar ramalan tersebut tidak menjadi kenyataan, maka Pangeran Sidharta dikurung dalam istana dan sama sekali dihentikan keluar biar tidak menyaksikan banyak sekali macam penderitaan dan kesusahan yang dialami manusia.
Namun suatu hari di tahun 533 SM ketika Pangeran Sidharta berusia 29 tahun, ia berkesempatan untuk keluar istana dan berjalan-jalan ke beberapa desa di sekitar istananya. Dalam perjalanan itu, Pangeran Sidharta menyaksikan banyak sekali macam hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Ada mayit manusia, orang bau tanah yang sakit-sakitan, dan orang-orang yang berpenyakit kulit. Oleh alasannya terdorong oleh keingintahuannya, Pangeran Sidharta memutuskan untuk meninggalkan istana dan segala kemewahan yang dirasakannya semenjak kecil.
Ia lalu mengembara untuk mencari hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Pada suatu hari di tahun 528 SM, Pangeran Sidharta datang di sebuah desa berjulukan Ghaya yang terletak di tepi Sungai Gangga.
Gambar: Sejarah perkembangan anutan budha |
Di bawah sebatang pohon kalpataru yang rindang, ia bertapa. Pada suatu malam, ia merasa menerima pencerahan dan memahami hakikat kehidupan yang sesungguhnya. Sejak itu ia menjadi Buddha (artinya yang menerima pencerahan).
Sementara tempatnya bertapa dinamakan Bodhi Ghaya dan pohon yang menaunginya ketika menerima pencerahan dinamakan pohon bodhi.
Setelah menerima pencerahan, Sidharta melanjutkan pengembaraannya. Sidharta datang di Taman Rusa yang terletak di Desa Sarnath, Benares.
4 Inti anutan aryasatyani
Di tempat itu, untuk pertama kalinya Sidharta berceramah pada orang-orang dan mengajarkan hakikat kehidupan. Inti anutan Buddha berupa Catur Aryasatyani, maksudnya empat kebenaran mulia.Adapun empat kebenaran mulia tersebut yakni sebagai berikut.
1) Dalam kehidupan manusia, penderitaan lebih mahir daripada kebahagiaan.
2) Penderitaan insan timbul alasannya adanya hasrat untuk hidup.
3) Hanya dengan usaha, maka penderitaan itu sanggup terhapus.
4) Cara mencapainya sanggup dilakukan dengan menjalankan delapan jalan utama (astavida).
Ajaran Buddha tidak mengenal sistem kasta. Semua pengikut Buddha yakni sama kedudukannya dan semua wajib mengamalkan ajaran-ajaran sang Buddha yang disebut Dharma.
2 Macam aliran buda
Sepeninggal sang Buddha, agama Buddha terpecah menjadi dua aliran, yaitu Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana.Buddha Hinayana berarti kendaraan kecil, sedangkan Buddha Mahayana berarti kendaraan besar. Perbedaan pandangan antara aliran Hinayana dengan Mahayana dalam hal keanggotaan sangha, impian dan tujuan tamat kehidupan manusia, serta perbedaan keyakinan wacana masyarakat dewa.
Sumber https://www.berpendidikan.com
loading...
Buat lebih berguna, kongsi: