Teks Anekdot - Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur Dan Pola Teks Anekdot

loading...
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemukan dongeng lucu atau lawakan yang isinya menyindir atau mengkritik isu-isu hangat di masyarakat seperti, politik kacau di negara ini, kebijakan pendidikan, dan sebagainya. Kisah-kisah di atas mungkin merupakan beberapa contoh artikel yang meliputi teks anekdotal. Sebenarnya, apa itu teks anekdotal? Untuk menjawab pertanyaan itu, berikut ialah tinjauan definisi, fitur, hukum penulisan, dan struktur teks dan contoh anekdotal.

Pengertian Teks Anekdot 

Singkatnya, teks anekdotal sanggup diartikan sebagai dongeng pendek lucu yang ditulis sebagai bentuk kritik terhadap suatu fenomena dalam masyarakat. Sementara itu, berdasarkan KBBI, anekdot didefinisikan sebagai dongeng pendek yang menarik lantaran lucu dan mengesankan, biasanya wacana orang-orang penting atau populer dan berdasarkan insiden nyata.

Teks anekdotal ialah sebuah komposisi atau dongeng berdasarkan insiden kehidupan nyata yang ditulis secara singkat dan mengandung unsur humor atau humor di dalamnya. Walaupun mengandung unsur humor atau humor yang bertujuan untuk membangkitkan tawa para pembaca, tetapi tujuan utama penulisan teks anekdot ialah mengkritik, menyindir, atau mengungkap kebenaran di balik suatu insiden yang sedang terjadi di masyarakat. Teks anekdot tidak mempunyai batasan topik. Penulis dibebaskan dalam menentukan topik mirip politik, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Biasanya, teks anekdot menampilkan aksara penting atau populer di dalamnya untuk lebih menarik perhatian pembacanya.

Ciri-ciri Teks Anekdot

Untuk membedakannya dengan  karangan atau dongeng lain, teks anekdot mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

  • Faktual, topik yang dibicarakan pernah atau tengah terjadi di masyarakat.
  • Biasanya menampilkan tokoh penting atau populer untuk menarik perhatian pembaca
  • Bertujuan untuk mengkritisi suatu fenomena, atau kejadian, atau tokoh. Teks anekdot seringkali dimanfaatkan sebagai media mengkritisi layanan publik di bidang politik, sosial, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan (poleksosbudhankam).
  • Berkisah wacana hal-hal yang bersifat humor atau lelucon.
  • Secara umum menceritakan wacana insan maupun hewan.
  • Disajikan dalam bentuk ibarat dongeng.


Struktur Penulisan Teks Anekdot

Dalam penulisannya, teks anekdot mempunyai struktur-struktur yang membangun keseluruhan teks. Secara umum struktur teks anekdot dibagi menjadi Abstraksi, Orientasi, Event, Krisis, Reaksi, dan Koda. Untuk mengetahui bagian-bagian struktur secara lebih mendalam satu per satu, berikut ulasan struktur teks anekdot:

  • Event: Bagian ini merangkum rangkaian insiden atau insiden yang terjadi dalam teks anekdot yang ditulis.
  • Krisis: Pada cuilan ini, permasalahan yang menjadi sorotan utama teks anekdot dimunculkan.
  • Reaksi: Bagian ini berisikan langkah-langkah penyelesaian dari permasalahan yang timbul pada cuilan kritis.
  • Koda: Bagian ini merupakan cuilan selesai dari suatu teks anekdot. Pada cuilan ini terdapat kesimpulan dari dongeng ataupun fenomena yang dibahas dalam suatu teks anekdot.
  • Abstraksi: Bagian ini terletak pada cuilan awal teks anekdot. Isinya berupa citra umum wacana isi dari teks anekdot yang ditulis.
  • Orientasi: Bagian kedua dari teks anekdot ini merupakan pengantar dari teks anekdot yang ditulis. Bagian ini berisi wacana awal mula maupun hal-hal yang melatarbelakangi insiden atau insiden di dalam teks anekdot yang ditulis.



Kaidah Bahasa Teks Anekdot

Seperti halnya jenis-jenis karangan lain dalam Bahasa Indonesia, teks anekdot juga mempunyai beberapa kaidah kebahasaan tersendiri. Berikut beberapa kaidah kebahasaan yang menjadi pakem dalam menulis teks anekdot:

  • Menggunakan penggunaan kata kerja, mirip pergi; pulang; jalan; dan lain-lain.
  • Peristiwa atau dongeng disajikan secara kronologis atau urut berdasarkan insiden waktu.
  • Menggunakan jenis pertanyaan retotik, yakni jenis pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Pertanyaan ini dipakai untuk menimbulkan pengaruh sindiran halus.
  • Menggunakan kata keterangan waktu lampau, mirip pada suatu hari; di suatu pagi yang cerah; dan lain-lain.
  • Menggunakan konjungsi atau kata penghubung, mirip kemudian; lalu; sebab-akibat; oleh lantaran itu; dan lain-lain.


Langkah-langkah Menulis Teks Anekdot

Sebelum memulai menulis teks anekdot, berikut beberapa cara gampang yang harus diketahui dalam menulis teks anekdot:

  1. Tentukan topik dari teks yang akan ditulis. Topik sanggup berdasarkan insiden asli, imajinasi, maupun adonan dari keduanya.
  2. Tentukan tujuan dari teks yang akan ditulis. Penentuan tujuan ini mempunyai kegunaan supaya dongeng yang ditulis nantinya sempurna target dan tidak terlalu bertele-tele.
  3. Mengumpulkan materi penulisan. Bahan penulisan bisa didapat dengan mengamati kejadian-kejadian di lingkungan sekitar. Selain itu, materi penulisan sanggup digali dari imajinasi penulis. Dalam menciptakan materi penulisan, penulis sanggup menambahkan korelasi sebab-akibat suatu permasalahan yang mengandung unsur humor di dalamnya.
  4. Menyusun kerangka karangan. Setelah topik, tujuan, dan materi telah terkumpul, hal yang selanjutnya dilakukan ialah membangun kerangka karangan dan menyusunnya menjadi suatu dongeng yang utuh.


Contoh-contoh Teks Anekdot

Berikut beberapa contoh teks anekdot beserta penjabarannya.


1. Sekolah ‘Bertarif’ Internasional
Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah mengajar di sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut.

“Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memperlihatkan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid.

“Tenang-tenang!”, sang guru kembali mengambil alih keadaan. “Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.”. Kelas pun kembali riuh setelah mendengar pengumuman dari sang guru.

“Berarti sekolah kita bakal jadi sekolah bertaraf internasional, Bu?”, tanya seorang murid.

“Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira berdasarkan kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya.

“Kemampuan bahasa Inggris, Bu. Karena kalau sekolah kita menjadi SBI, maka bahasa pengantar sehari-harinya menjadi bahasa Inggris, Bu.”, sahut salah seorang murid.

“Ya, benar sekali. Ada lagi yang menambahkan?”

“Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang.

“Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan balasan muridnya.

“Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.”

Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi balasan salah satu muridnya.

Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba mengkritisi kebijakan sekolah bertaraf internasional yang beberapa waktu kemudian sempat diterapkan di beberapa sekolah di dalam negeri. Kebijakan tersebut menjadi polemik lantaran dianggap membeda-bedakan kelas antar satu golongan murid dengan yang lainnya. Selain itu kebijakan sekolah bertaraf internasional juga dianggap sebagai ajang untuk meminta bayaran yang lebih tinggi dari para wali murid. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas sanggup dijabarkan sebagai berikut:

Abstraksi :
Di sebuah sekolah, terlihat seorang guru tengah  sebuah ruang kelas. Sofa merupakan salah satu murid di kelas tersebut.

Orientasi :
“Sebelum mengakhiri pelajaran, ibu guru akan memperlihatkan sedikit pengumuman.”, sontak terdengar riuh tanda protes dari murid-murid.

Krisis :
“Ada kabar gembira, mulai pelajaran tahun depan, sekolah kita akan menjadi SBI.”

Reaksi :
“Benar sekali. Seiring meningkatnya taraf sekolah kita, kita juga harus mempersiapkan hal-hal untuk meningkatkan kapabilitas kita, baik itu dari staf pengajar maupun dari siswa-siswinya. Kira-kira berdasarkan kalian apa saja yang harus kita persiapkan?”, sang guru melemparkan pertanyaan ke murid-muridnya.

“Harus nyiapin uang lebih banyak, Bu.”, celetuk Sofa dari baris belakang.

“Apa maksud kamu, Sofa?”, sang guru heran dengan balasan muridnya.

Koda :
“Ya iya, Bu. Kita harus mempersiapkan uang bayaran lebih banyak. Karena kalau sekolah kita jadi SBI bukan cuma tarafnya yang internasional, tapi ‘tarifnya’ juga internasional.”Tawa pun pecah di seluruh ruang kelas, sang guru pun hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi balasan salah satu muridnya.

2. Presiden Indonesia ‘Gila’
Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat terlibat dialog ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih. Presiden Indonesia kemudian bercerita wacana presiden-presiden yang pernah menjabat di Indonesia.

“Presiden-presiden di Indonesia itu absurd semua.”, celetuk Sang Presiden RI.

“Kenapa Anda bicara mirip itu? Bisa tolong Anda jelaskan.”, Sang Presiden AS bertanya tidak mengerti.

“Ya, presiden pertama kami absurd wanita. Kemudian presiden kedua absurd harta. Lalu presiden yang menjabat sebelum saya, ia absurd teknologi.”

“Lalu bagaimana dengan Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden dikala ini?”, Presiden AS bertanya.

Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, “Kalau sekarang, yang absurd ya yang milih saya”

Cerita di atas  merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot ini menyoroti wacana insiden terpilihnya Presiden RI yang keempat, yakni K.H. Abdurrahman Wahid. Kala itu terpilihnya Gusdur, cukup menciptakan perdebatan, mengingat kondisi kesehatan fisik dari Gusdur, di mana salah satu persyaratan menjadi presiden ialah “sehat jasmani dan rohani”. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas sanggup dijabarkan sebagai berikut:

Abstraksi :
Suatu waktu, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, Presiden Indonesia keempat tengah terlibat obrolan  ringan dengan Presiden Amerika di Gedung Putih.

Orientasi :
Presiden Indonesia kemudian bercerita wacana presiden-presiden yang pernah menjabat di Indonesia.

Krisis :
Presiden RI berkata, “Presiden-presiden di Indonesia itu absurd semua.”

Reaksi :
“Kenapa Anda bicara mirip itu? Bisa tolong Anda jelaskan.”, Sang Presiden AS bertanya tidak mengerti. “Ya, presiden pertama kami absurd wanita. Kemudian presiden kedua absurd harta. Lalu presiden yang menjabat sebelum saya, ia absurd teknologi.”. “Lalu bagaimana dengan Anda sendiri yang menjabat sebagai presiden dikala ini?”, Presiden AS bertanya.

Koda :
Presiden RI pun menjawab sembari tertawa, “Kalau sekarang, yang absurd ya yang milih saya


3. ‘Ujung – Ujungnya Duit’
Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang guru tengah menandakan dengan semangat.

“Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski begitu, Undang-Undang Dasar 1945 tetap menjadi pola semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu sampai sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.”, sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di kursi belakang.

“Tono, coba kau jelaskan wacana perubahan Undang-Undang Dasar selama ini dan apa yang dimaksud semua peraturan diatur dalam UUD!”, sang guru setengah berteriak membangunkan.

Yang dimaksud Tono terbangun lantaran sikutan sobat sebangkunya, “Saya, Pak?”, jawabnya masih setengah tertidur.

“Iya coba kau jelaskan wacana perubahan Undang-Undang Dasar selama ini dan apa yang dimaksud semua peraturan diatur dalam UUD!”, sang guru mengulangi pertanyaannya.

“Saya tidak tahu pak wacana perubahan UUD.”,jawabnya asal. “Tapi saya bisa jelaskan mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.”

“Maksud kamu? Coba jelaskan!”

“Kenapa semua peraturan diatur dalam Undang-Undang Dasar ya lantaran semua peraturan di Indonesia Undang-Undang Dasar alias ujung-ujungnya duit.”

Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas tersebut, tak terkecuali sang guru tertawa mendengar celetukan Tono.

Cerita di atas merupakan salah satu contoh teks anekdot. Teks anekdot tersebut mencoba mengangkat fenomena yang sering terjadi di forum perwakilan rakyat yang merumuskan perundang-undangan. Undang-undang sering kali tidak lagi memperhatikan hajat orang banyak, namun lebih sering ditumpangi kepentingan-kepentingan yang menguntungkan beberapa pihak. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas sanggup dijabarkan sebagai berikut:

Abstraksi :
Di suatu kelas tengah berlangsung pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Terlihat sang guru tengah menandakan dengan semangat.

Orientasi :
“Seperti yang dulu pernah diterangkan sewaktu SMP, Undang-Undang Dasar kita telah berubah beberapa kali mengikuti kondisi masyarakat Indonesia di zamannya. Namun, meski begitu, Undang-Undang Dasar 1945 tetap menjadi pola semua peraturan yang berlaku di Indonesia dari dulu sampai sekarang. Dengan kata lain, semua peraturan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.”, sang guru memandang ke sekeliling kelas, nampak seorang murid tertidur di kursi belakang.

Krisis :
Saya tidak tahu pak wacana perubahan UUD.”,jawabnya asal. “Tapi saya bisa jelaskan mengapa semua peraturan diatur dalam UUD.”

Reaksi :
“Maksud kamu, coba jelaskan!”

Koda :
“Kenapa semua peraturan diatur dalam Undang-Undang Dasar ya lantaran semua peraturan di Indonesia Undang-Undang Dasar alias ujung-ujungnya duit.” Sontak suasana kelas pun menjadi ramai. Seluruh penghuni kelas tersebut, tak terkecuali sang guru tertawa mendengar celetukan Tono.

4. Bodrex
Suatu hari di bulan puasa, seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya. Sang kakek pun pribadi meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya. Cucunya yang melihat insiden tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”. Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.”

Cerita di atas merupakan contoh teks anekdot. Teks anekdot ini mencoba membahas wacana tagline dari salah satu merek obat, Bodrex. Tagline “Dapat diminum kapan saja” bekerjsama mempunyai arti obat ini sanggup diminum sebelum maupun setelah makan. Namun, pada teks itu sengaja disalahtafsirkan untuk menampilkan unsur humor di dalamnya. Jika dilihat dari strukturnya, maka teks anekdot di atas sanggup dijabarkan sebagai berikut:

  • Abstraksi : Suatu hari di bulan puasa.
  • Orientasi : Seorang kakek tiba-tiba merasa pusing di kepalanya.
  • Krisis : Sang kakek pun pribadi meminum obat Bodrex yang ada di lemari untuk meredakan sakit kepalanya.
  • Reaksi : Cucunya yang melihat insiden tersebut kemudian bertanya, “Kakek kan sedang puasa, kenapa kakek malah minum obat?”.
  • Koda : Dengan tampang tak berdosa, sang kakek menjawab sekenanya, “Itukan obat Bodrex, bisa diminum kapan aja.”


Jadi, itulah tadi ulasan mengenai Teks Anekdot. Bila merasa artikel ini bermanfaat, silahkan share.

Sumber https://www.isplbwiki.net
loading...
Buat lebih berguna, kongsi:
close