loading...
Apa Yang Dimaksud Dengan Natal? Pengertian, Sejarah dan asal seruan NATAL. Natal (dari bahasa Portugis untuk "kelahiran") yaitu hari raya Katolik yang dirayakan setiap tahun oleh umat Katolik pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Natal dirayakan di kebaktian malam pada 24 Desember; dan kebaktian pagi tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 6 Januari (lihat juga Epifani).
Dalam tradisi Barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agama. Beberapa tradisi Natal yang tiba dari Barat mencakup pohon Natal, kartu Natal, pertukaran hadiah antara teman dan keluarga dan kisah wacana Santa Klaus atau Sinterklas.
Dalam tradisi Barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agama. Beberapa tradisi Natal yang tiba dari Barat mencakup pohon Natal, kartu Natal, pertukaran hadiah antara teman dan keluarga dan kisah wacana Santa Klaus atau Sinterklas.
Etimologi
.Kata "natal" berasal dari kata Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dalam bahasa Inggris, perayaan Natal disebut Natal, dari istilah Inggris usang Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti massa Kristus. Natal juga sering ditulis lebih banyak, sebuah kependekan yang bertepatan dengan tradisi Kristen, lantaran abjad X dalam bahasa Yunani berarti Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Dalam Bibel Indonesia kata "Natal" tidak ditemukan, hanya kelahiran Yesus
.Kata "natal" berasal dari kata Latin Dies Natalis (Hari Lahir). Dalam bahasa Inggris, perayaan Natal disebut Natal, dari istilah Inggris usang Cristes Maesse (1038) atau Cristes-messe (1131), yang berarti massa Kristus. Natal juga sering ditulis lebih banyak, sebuah kependekan yang bertepatan dengan tradisi Kristen, lantaran abjad X dalam bahasa Yunani berarti Kristus atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho.
Dalam Bibel Indonesia kata "Natal" tidak ditemukan, hanya kelahiran Yesus
Kelahiran Yesus berdasarkan Alkitab.
Para penyihir mengunjungi Yesus, diperingati pada malam kedua belas sehabis kelahirannya pada hari Natal. (Epifani)
Kisah kelahiran Yesus dalam Perjanjian Baru Injil ditulis dalam kitab Matius (Matius 1: 18-2: 23) dan Lukas (Lukas 2: 1-21).
Menurut Lukas, Maria tahu dengan malaikat bahwa beliau telah mengandung Roh Kudus tanpa hubungan seksual. Setelah itu, beliau dan suaminya, Joseph meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem dan mendaftar di sensus yang diperintahkan oleh Agustus, kaisar Romawi pada waktu itu. Karena mereka tidak mempunyai tempat tinggal di kota, bayi Yesus ditempatkan di palungan [1] [2]. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrat, Yudea, di kota orisinil Daud, leluhur Yusuf, menggenapi nubuat kenabian Mikha (Mikha 5: 1-2). (Di Israel kuno mereka tahu ada dua kota di Betlehem, kota lain di Betlehem ada di tanah Zebulun).
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian membahas kedatangan orang-orang bijak dari Timur, yang seharusnya Arab atau Persia, untuk melihat Yesus yang gres lahir. Orang-orang bijak tiba untuk pertama kalinya di Yerusalem dan memberi tahu Raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat bintang, yang kini disebut Bintang Betlehem, yang menjadi tempat kelahiran seorang raja. Penelitian pelengkap membimbing mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka memperlihatkan emas, kemenyan dan mur untuk bayi Yesus. Ketika malam berlalu, orang-orang bijak bermimpi yang memperingatkan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan anak itu. Itulah sebabnya mereka tetapkan untuk pulang tanpa memberi tahu Herodes wacana keberhasilan misinya. Kemudian, Matius menginformasikan bahwa keluarga Yesus melarikan diri ke Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes, yang tetapkan untuk membunuh semua bawah umur di bawah dua tahun di Betlehem untuk melenyapkan musuh melawan kekuasaannya. Setelah ajal Herodes, Yesus dan keluarganya kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindari raja gres Yudea (putra Herodes Agung, Herodes Archelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazareth.
Sisi lain dari kisah kelahiran Yesus yang disajikan oleh Injil Lukas yaitu penyampaian gosip dari para malaikat kepada para gembala. Dalam Injil Matius teramati bahwa ada penyihir dari Timur yang tiba ke Yudea lantaran mereka melihat bintang besar bersinar di kawasan Yerusalem. Mereka mengikuti bintang ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan telah mencoba menjelaskan jumlah adonan dari tragedi langit yang sanggup dilacak yang sanggup menjelaskan munculnya bintang raksasa yang belum pernah dilihat, pendapat terkuat Johannes Kepler, yang menjelaskan bahwa Bintang Natal atau Bintang Betlehem secara astronomi bersama. Planet-planet Jupiter dan Saturnus di konstelasi Pisces. Dan konjungsi ini benar-benar terjadi pada 7 Desember a. Pada mulanya, para magi menginterogasi penduduk Yerusalem, kemudian dibawa ke hadapan Raja Herodes. Raja Herodes bertanya kepada ahli-ahli Taurat di mana Mesias akan dilahirkan. Menurut Alkitab, Mesias akan lahir di Betlehem dan informasi ini dipakai untuk membantu orang bijak mengetahui di mana Yesus dilahirkan. Herodes memintanya untuk bertemu dengan bayi itu sehingga mereka sanggup memberi tahu Herodes. Tetapi mengetahui niat jahat Herodes, orang bijak tidak memberi tahu Herodes.
Asal-mula peringatan Natal
Peringatan ulang tahun Yesus tidak pernah merupakan perintah Kristus untuk dilakukan. Sejarah Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan perayaan ulang tahun Yesus oleh gereja mula-mula. Klemens dari Aleksandria mencemooh mereka yang mencoba menghitung dan memilih hari kelahiran Yesus. Pada abad-abad pertama, kehidupan rohani para anggota gereja lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak menerima perhatian. Perayaan ulang tahun umumnya, terutama oleh Origen, dianggap sebagai kebiasaan kafir: orang-orang menyerupai Firaun dan Herodes merayakan ulang tahun mereka. Orang Katolik tidak melaksanakan ini: Orang Katolik merayakan hari ajal mereka sebagai hari ulang tahun mereka.
Tetapi di Timur, orang selalu berpikir wacana mukjizat penampilan Tuhan dalam wujud manusia. Menurut tulisan-tulisan kuno, sebuah sekte Katolik di Mesir merayakan "Hari Raya Epifania" (pesta kemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Namun apa yang dimaksudkan oleh sekte ini pada hari raya Epifani yaitu munculnya Yesus sebagai Anak Allah, yaitu ketika beliau dibaptis di Sungai Yordan. Gereja secara keseluruhan tidak hanya menganggap baptisan Yesus sebagai Epifani, tetapi terutama kelahirannya di dunia. Menurut perkiraan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifani pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua ekspo berlangsung pada tanggal 5 Januari di malam hari (sebelum 6 Januari) dengan ritual yang indah, yang terdiri dari membaca Bibel dan pujian. Efraim dari Suriah menganggap Epiphany sebagai ekspo terindah. Dia berkata: "Malam perayaan Epiphany yaitu malam yang membawa kedamaian bagi dunia Siapa yang ingin tidur di malam hari, ketika seluruh dunia sedang menunggu?" Pesta ini dirayakan terutama dengan sukacita di gua Betlehem, di mana Yesus dilahirkan.
Sejarah
Perayaan Natal gres dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan gres diterima secara luas pada masa ke-5. Ada banyak sekali perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember yaitu penerimaan ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap (dewa) matahari: Solar Invicti (Surya tak Terkalahkan), dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus yaitu Sang Surya Agung itu sesuai gosip Bibel (lihat Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).
Tanggal
Yusuf, Maria, dan bayi Yesus
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus.[butuh rujukan] Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan Desember mustahil para gembala masih sanggup menjaga domba-dombanya di padang rumput alasannya yaitu trend cuek pada ketika tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember beropini meski trend dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput.
Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi tuhan pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik trend cuek (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi sanggup menganut agama Katolik tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Katolik pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I tetapkan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, lantaran Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus semenjak masa ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Oleh lantaran itu, ada beberapa anutan Katolik yang tidak merayakan tradisi Natal lantaran dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu anutan Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi Mesianik, dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.
Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember.[3] Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai 2:18-20:
“ Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat! ”
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Katolik pada umumnya setuju untuk tetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain menyerupai Paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal niscaya namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk sanggup diwujudkan dari hari ke hari.
Tahun
Tahun kalender Masehi diciptakan pada masa ke-6 oleh seorang biarawan yang berjulukan Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan kini ini disebut juga anno Domini (Tahun Tuhan).
Bagaimana ia sanggup mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Romawi itu yaitu tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius menyerupai yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan jadwal sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, alasannya yaitu berdasarkan sejarahwan Yahudi yang berjulukan Flavius Yosefus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, alasannya yaitu ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun ketika Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun 4 SM.
Tradisi
Banyak tradisi perayaan Natal di barat yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur banyak sekali kebudayaan.
Pohon Natal
Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin bekerjasama dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada masa ke-18.[4]
Kartu Natal
Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang bekerjasama dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang menggunakan teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.
Sinterklas
Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, kini dikenal dengan Santa Claus (atau Sint Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah bawah umur pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagi-bagi hadiah. Santo Nikolas yang tolong-menolong berasal dari kota Myra dan diyakini hidup pada masa ke-4 Masehi. Dia terkenal lantaran kebaikannya memberi hadiah kepada orang miskin. Di Eropa (lebih tepatnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) beliau digambarkan sebagai seorang uskup yang berjanggut dengan jubah keuskupan resmi, tetapi kemudian citra ini menjalar ke seluruh dunia dengan penambahan sejumlah atribut, menyerupai topi dan sebagainya. Ada pengamat agama yang menyatakan Sinterklas justru merupakan simbol-simbol sekuler dalam Katolik yang memang tidak ada Referensinya Alkitab, dan dikomersialkan sedemikian rupa sehingga simbol Sinterklas diusahakan lebih terkenal daripada hal-hal yang berkaitan eksklusif dengan Natal yang sesunggunya, contohnya gambar bayi Yesus, dalam setiap perayaan Natal.[5][6]
Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Tradisi Sinterklaas Belanda menjadi cuilan dari jadwal keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat bawah umur pembangkang dimasukkan untuk dibawa pergi. Di Amerika Serika tokoh ini disebut "Santa Claus" dan digambarkan pertama kali oleh suatu iklan minuman Amerika semenjak tahun 1931 sebagai seorang renta gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut. Yang sering kita lihat juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk menambah semarak perayaan, ini juga mempunyai pemahaman cahaya yang ada, maksudnya yaitu Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.[7]
Kelompok Puritan
Wajah sekuler Natal ini pernah menerima saingan dari orang Katolik Puritan di Inggris pada 1647. Demi menghapus elemen-elemen yang tidak alkitabiah, Inggris yang ketika itu dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan pernah melarang perayaan Natal.[5]
Mereka menganggap perayaan Natal hanyalah ekspo kepausan (popish) yang tidak punya pembenarannya dalam Alkitab. Akhirnya, kaum Puritan di Inggris menggantinya dengan satu hari puasa. Akibat larangan perayaan Natal ini, kerusuhan meledak di sejumlah kota di Inggris. Bahkan, Canterbury dikuasai oleh massa pemrotes selama berminggu-minggu. Kerusuhan hasilnya reda dengan pencabutan larangan lewat Restorasi Raja Charles II pada 1660, kendati sejumlah pendeta tetap tidak menyetujuinya.[5]
Ritus timur
Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani menyerupai puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melaksanakan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih usang lagi, yaitu semenjak ahad terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.
Makna Lilin Dalam Natal
Lilin
Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau mengatakan citra wacana Kristus.[8] Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap.[8] Di dalam Alkitabpun tertulis wacana terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 : 1-18,” terang manusia”.[8]
Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul semenjak zaman patristik sebagai citra akan terang yang mengalahkan kegelapan.[8] Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan imbas dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah.[8] Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.[8]
Ekonomi
Natal biasanya merupakan stimulus ekonomi tahunan terbesar di banyak sekali negara di dunia. Penjualan barang-barang meningkat tajam di banyak sekali area retail, dan pada trend Natal orang-orang membeli banyak sekali hadiah, dekorasi, dan persediaan Natal. Industri yang bergantung pada penjualan di trend Natal antara lain kartu Natal, pohon Natal, dan lain-lain.
Selain kegiatan ekonomi terbesar, Hari Natal di banyak sekali negara Barat merupakan hari paling sepi bagi dunia bisnis; hampir semua toko retail, institusi bisnis dan komersial tutup, dan hampir semua industri berhenti beroperasi. Studio-studio film merilis banyak sekali film berbiaya tinggi pada trend Natal untuk menghibur orang-orang, yang sedang berlibur.
Kegiatan sosial
Selama puasa, jemaat gereja-gereja Koptik, menyerupai Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ (Santa Maria), di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo mempunyai kebiasaan hanya makan sekali sehari dengan sajian makanan semacam tempe (dari kacang-kacangan), namanya tamiya atau falafel yang dimakan dengan sepotong roti dan air putih. Karena itu, uang belanja yang biasanya mereka belikan daging dan sajian tidak mengecewakan glamor lainnya dikumpulkan dan diserahkan eksklusif kepada orang orang miskin yang dikoordinasi oleh Gereja.[butuh rujukan]
Para penyihir mengunjungi Yesus, diperingati pada malam kedua belas sehabis kelahirannya pada hari Natal. (Epifani)
Kisah kelahiran Yesus dalam Perjanjian Baru Injil ditulis dalam kitab Matius (Matius 1: 18-2: 23) dan Lukas (Lukas 2: 1-21).
Menurut Lukas, Maria tahu dengan malaikat bahwa beliau telah mengandung Roh Kudus tanpa hubungan seksual. Setelah itu, beliau dan suaminya, Joseph meninggalkan rumah mereka di Nazaret untuk berjalan ke kota Betlehem dan mendaftar di sensus yang diperintahkan oleh Agustus, kaisar Romawi pada waktu itu. Karena mereka tidak mempunyai tempat tinggal di kota, bayi Yesus ditempatkan di palungan [1] [2]. Kelahiran Kristus di Betlehem Efrat, Yudea, di kota orisinil Daud, leluhur Yusuf, menggenapi nubuat kenabian Mikha (Mikha 5: 1-2). (Di Israel kuno mereka tahu ada dua kota di Betlehem, kota lain di Betlehem ada di tanah Zebulun).
Matius mencatat silsilah dan kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian membahas kedatangan orang-orang bijak dari Timur, yang seharusnya Arab atau Persia, untuk melihat Yesus yang gres lahir. Orang-orang bijak tiba untuk pertama kalinya di Yerusalem dan memberi tahu Raja Yudea, Herodes Agung, bahwa mereka telah melihat bintang, yang kini disebut Bintang Betlehem, yang menjadi tempat kelahiran seorang raja. Penelitian pelengkap membimbing mereka ke Betlehem Yudea dan rumah Maria dan Yusuf. Mereka memperlihatkan emas, kemenyan dan mur untuk bayi Yesus. Ketika malam berlalu, orang-orang bijak bermimpi yang memperingatkan bahwa Raja Herodes merencanakan pembunuhan anak itu. Itulah sebabnya mereka tetapkan untuk pulang tanpa memberi tahu Herodes wacana keberhasilan misinya. Kemudian, Matius menginformasikan bahwa keluarga Yesus melarikan diri ke Mesir untuk menghindari tindakan Raja Herodes, yang tetapkan untuk membunuh semua bawah umur di bawah dua tahun di Betlehem untuk melenyapkan musuh melawan kekuasaannya. Setelah ajal Herodes, Yesus dan keluarganya kembali dari Mesir, tetapi untuk menghindari raja gres Yudea (putra Herodes Agung, Herodes Archelaus) mereka pergi ke Galilea dan tinggal di Nazareth.
Sisi lain dari kisah kelahiran Yesus yang disajikan oleh Injil Lukas yaitu penyampaian gosip dari para malaikat kepada para gembala. Dalam Injil Matius teramati bahwa ada penyihir dari Timur yang tiba ke Yudea lantaran mereka melihat bintang besar bersinar di kawasan Yerusalem. Mereka mengikuti bintang ke kota Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Beberapa astronom dan sejarawan telah mencoba menjelaskan jumlah adonan dari tragedi langit yang sanggup dilacak yang sanggup menjelaskan munculnya bintang raksasa yang belum pernah dilihat, pendapat terkuat Johannes Kepler, yang menjelaskan bahwa Bintang Natal atau Bintang Betlehem secara astronomi bersama. Planet-planet Jupiter dan Saturnus di konstelasi Pisces. Dan konjungsi ini benar-benar terjadi pada 7 Desember a. Pada mulanya, para magi menginterogasi penduduk Yerusalem, kemudian dibawa ke hadapan Raja Herodes. Raja Herodes bertanya kepada ahli-ahli Taurat di mana Mesias akan dilahirkan. Menurut Alkitab, Mesias akan lahir di Betlehem dan informasi ini dipakai untuk membantu orang bijak mengetahui di mana Yesus dilahirkan. Herodes memintanya untuk bertemu dengan bayi itu sehingga mereka sanggup memberi tahu Herodes. Tetapi mengetahui niat jahat Herodes, orang bijak tidak memberi tahu Herodes.
Asal-mula peringatan Natal
Peringatan ulang tahun Yesus tidak pernah merupakan perintah Kristus untuk dilakukan. Sejarah Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan perayaan ulang tahun Yesus oleh gereja mula-mula. Klemens dari Aleksandria mencemooh mereka yang mencoba menghitung dan memilih hari kelahiran Yesus. Pada abad-abad pertama, kehidupan rohani para anggota gereja lebih diarahkan kepada kebangkitan Yesus. Natal tidak menerima perhatian. Perayaan ulang tahun umumnya, terutama oleh Origen, dianggap sebagai kebiasaan kafir: orang-orang menyerupai Firaun dan Herodes merayakan ulang tahun mereka. Orang Katolik tidak melaksanakan ini: Orang Katolik merayakan hari ajal mereka sebagai hari ulang tahun mereka.
Tetapi di Timur, orang selalu berpikir wacana mukjizat penampilan Tuhan dalam wujud manusia. Menurut tulisan-tulisan kuno, sebuah sekte Katolik di Mesir merayakan "Hari Raya Epifania" (pesta kemunculan Tuhan) pada tanggal 4 Januari. Namun apa yang dimaksudkan oleh sekte ini pada hari raya Epifani yaitu munculnya Yesus sebagai Anak Allah, yaitu ketika beliau dibaptis di Sungai Yordan. Gereja secara keseluruhan tidak hanya menganggap baptisan Yesus sebagai Epifani, tetapi terutama kelahirannya di dunia. Menurut perkiraan ini, Gereja Timur merayakan pesta Epifani pada tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua ekspo berlangsung pada tanggal 5 Januari di malam hari (sebelum 6 Januari) dengan ritual yang indah, yang terdiri dari membaca Bibel dan pujian. Efraim dari Suriah menganggap Epiphany sebagai ekspo terindah. Dia berkata: "Malam perayaan Epiphany yaitu malam yang membawa kedamaian bagi dunia Siapa yang ingin tidur di malam hari, ketika seluruh dunia sedang menunggu?" Pesta ini dirayakan terutama dengan sukacita di gua Betlehem, di mana Yesus dilahirkan.
Sejarah
Perayaan Natal gres dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria (Mesir). Para teolog Mesir menunjuk tanggal 20 Mei tetapi ada pula pada 19 atau 20 April. Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula pada bulan Desember. Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221 oleh Sextus Julius Africanus, dan gres diterima secara luas pada masa ke-5. Ada banyak sekali perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember. Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember yaitu penerimaan ke dalam gereja tradisi perayaan non-Kristen terhadap (dewa) matahari: Solar Invicti (Surya tak Terkalahkan), dengan menegaskan bahwa Yesus Kristus yaitu Sang Surya Agung itu sesuai gosip Bibel (lihat Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).
Tanggal
Yusuf, Maria, dan bayi Yesus
Ada pendapat yang berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus.[butuh rujukan] Pendapat ini diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih menjaga dombanya di padang rumput. (Lukas 2:8). Pada bulan Desember mustahil para gembala masih sanggup menjaga domba-dombanya di padang rumput alasannya yaitu trend cuek pada ketika tersebut telah tiba jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh lagi. Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember beropini meski trend dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut padang rumput.
Ada juga pendapat yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan bagi tuhan pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak peringatannya pada hari titik balik trend cuek (winter solstice) yang jatuh pada tanggal 25 Desember dalam kalender Julian. Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi sanggup menganut agama Katolik tanpa meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Katolik pertama Romawi, Konstantin I, Paus Julius I tetapkan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini disanggah oleh Gereja Ritus Timur, lantaran Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran Yesus semenjak masa ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada tanggal 25 Desember.
Oleh lantaran itu, ada beberapa anutan Katolik yang tidak merayakan tradisi Natal lantaran dianggap berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu anutan Gereja Yesus Sejati, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi Mesianik, dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.
Ada sejumlah naskah kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember.[3] Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai 2:18-20:
“ Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat! ”
Tanggal 24 bulan ke-9 (Kislev) dalam kalender Yahudi jatuh sekitar tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Meskipun kapan Hari Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Katolik pada umumnya setuju untuk tetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain menyerupai Paskah dan Jumat Agung tidak didapat dengan pendekatan tanggal niscaya namun hanya berupa penyelenggaraan kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut untuk sanggup diwujudkan dari hari ke hari.
Tahun
Tahun kalender Masehi diciptakan pada masa ke-6 oleh seorang biarawan yang berjulukan Dionysius Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan kini ini disebut juga anno Domini (Tahun Tuhan).
Bagaimana ia sanggup mengetahui bahwa Tuhan Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender Romawi itu yaitu tahun ke 15 dari pemerintahan Kaisar Tiberius menyerupai yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia juga mengambil data dari Lukas 2:1-2 yang menyatakan bahwa Kirenius (Gubenur dari Siria) pertama kali menjalankan jadwal sensus.
Walaupun demikian masih juga orang yang meragukannya, alasannya yaitu berdasarkan sejarahwan Yahudi yang berjulukan Flavius Yosefus, raja Herodes meninggal dunia pada tahun 4 SM sehingga konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun. Tapi teori ini pun tidak benar, alasannya yaitu ia menganalisa tahun tersebut berdasaran adanya gerhana bulan pada tahun ketika Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada tanggal 13 Maret tahun 4 SM.
Tradisi
Banyak tradisi perayaan Natal di barat yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur banyak sekali kebudayaan.
Pohon Natal
Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin bekerjasama dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno. Ada pula yang menghubungkannya dengan pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian 2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada masa ke-18.[4]
Kartu Natal
Terdapat pula tradisi mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John Callcott Horsley dari Inggris. Biasanya dengan gambar yang bekerjasama dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang menggunakan teknologi informasi (email) berkirim kartu Natal elektronik.
Sinterklas
Juga dalam rangka perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklaas, yang berasal dari Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, kini dikenal dengan Santa Claus (atau Sint Nikolas), seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah bawah umur pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa kutub membagi-bagi hadiah. Santo Nikolas yang tolong-menolong berasal dari kota Myra dan diyakini hidup pada masa ke-4 Masehi. Dia terkenal lantaran kebaikannya memberi hadiah kepada orang miskin. Di Eropa (lebih tepatnya di Belanda, Belgia, Austria dan Jerman) beliau digambarkan sebagai seorang uskup yang berjanggut dengan jubah keuskupan resmi, tetapi kemudian citra ini menjalar ke seluruh dunia dengan penambahan sejumlah atribut, menyerupai topi dan sebagainya. Ada pengamat agama yang menyatakan Sinterklas justru merupakan simbol-simbol sekuler dalam Katolik yang memang tidak ada Referensinya Alkitab, dan dikomersialkan sedemikian rupa sehingga simbol Sinterklas diusahakan lebih terkenal daripada hal-hal yang berkaitan eksklusif dengan Natal yang sesunggunya, contohnya gambar bayi Yesus, dalam setiap perayaan Natal.[5][6]
Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus. Tradisi Sinterklaas Belanda menjadi cuilan dari jadwal keluarga (untuk mendisiplin anak-anak) dengan mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam (Zwarte Pit) yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga tempat bawah umur pembangkang dimasukkan untuk dibawa pergi. Di Amerika Serika tokoh ini disebut "Santa Claus" dan digambarkan pertama kali oleh suatu iklan minuman Amerika semenjak tahun 1931 sebagai seorang renta gendut, bercambang putih dan berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut. Yang sering kita lihat juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk menambah semarak perayaan, ini juga mempunyai pemahaman cahaya yang ada, maksudnya yaitu Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.[7]
Kelompok Puritan
Wajah sekuler Natal ini pernah menerima saingan dari orang Katolik Puritan di Inggris pada 1647. Demi menghapus elemen-elemen yang tidak alkitabiah, Inggris yang ketika itu dikuasai oleh Parlemen Puritan bahkan pernah melarang perayaan Natal.[5]
Mereka menganggap perayaan Natal hanyalah ekspo kepausan (popish) yang tidak punya pembenarannya dalam Alkitab. Akhirnya, kaum Puritan di Inggris menggantinya dengan satu hari puasa. Akibat larangan perayaan Natal ini, kerusuhan meledak di sejumlah kota di Inggris. Bahkan, Canterbury dikuasai oleh massa pemrotes selama berminggu-minggu. Kerusuhan hasilnya reda dengan pencabutan larangan lewat Restorasi Raja Charles II pada 1660, kendati sejumlah pendeta tetap tidak menyetujuinya.[5]
Ritus timur
Berbeda dengan tradisi perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani menyerupai puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian. Di Gereja-gereja Arab, boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks Syria melaksanakan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih usang lagi, yaitu semenjak ahad terakhir November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar (buka puasa) pada tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil (Shaum el-Shagir). Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.
Makna Lilin Dalam Natal
Lilin
Dalam masa Natal, Lilin menggambarkan atau mengatakan citra wacana Kristus.[8] Kristus dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap.[8] Di dalam Alkitabpun tertulis wacana terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 : 1-18,” terang manusia”.[8]
Bukan hanya di dalam peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul semenjak zaman patristik sebagai citra akan terang yang mengalahkan kegelapan.[8] Penggunaan lilin dan lampu-lampu kelap-kelip merupakan imbas dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah.[8] Hari raya Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan istilah Natal Yahudi.[8]
Ekonomi
Natal biasanya merupakan stimulus ekonomi tahunan terbesar di banyak sekali negara di dunia. Penjualan barang-barang meningkat tajam di banyak sekali area retail, dan pada trend Natal orang-orang membeli banyak sekali hadiah, dekorasi, dan persediaan Natal. Industri yang bergantung pada penjualan di trend Natal antara lain kartu Natal, pohon Natal, dan lain-lain.
Selain kegiatan ekonomi terbesar, Hari Natal di banyak sekali negara Barat merupakan hari paling sepi bagi dunia bisnis; hampir semua toko retail, institusi bisnis dan komersial tutup, dan hampir semua industri berhenti beroperasi. Studio-studio film merilis banyak sekali film berbiaya tinggi pada trend Natal untuk menghibur orang-orang, yang sedang berlibur.
Kegiatan sosial
Selama puasa, jemaat gereja-gereja Koptik, menyerupai Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ (Santa Maria), di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo mempunyai kebiasaan hanya makan sekali sehari dengan sajian makanan semacam tempe (dari kacang-kacangan), namanya tamiya atau falafel yang dimakan dengan sepotong roti dan air putih. Karena itu, uang belanja yang biasanya mereka belikan daging dan sajian tidak mengecewakan glamor lainnya dikumpulkan dan diserahkan eksklusif kepada orang orang miskin yang dikoordinasi oleh Gereja.[butuh rujukan]
loading...
Buat lebih berguna, kongsi: