loading...
Pembahasan ini berisi ihwal langkah-langkah cara mengubah (mengonversi/meng-konversi) cerpen menjadi naskah drama dilengkapi dengan pola cara mengubah cerpen menjadi naskah drama.
Bentuk karya sastra, contohnya cerita pendek (cerpen), sanggup diubah bentuknya menjadi naskah drama. Supaya pengubahan bentuk sastra ini berhasil, kita harus memahami isi cerpen yang akan kita ubah.
Selain itu, kita juga harus sudah memahami bentuk naskah drama. Naskah drama ditulis dalam bentuk obrolan atau percakapan antarpelaku.
Naskah drama ditulis untuk dipentaskan atau dipanggungkan. Karena naskah drama ini dipentaskan, percakapan lebih banyak dibandingkan penjelasannya.
Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas. Hal ini berbeda dengan bahasa novel yang cenderung panjang dan bertele-tele.
Bahasa mempunyai kaitan eksklusif dengan dialog. Dialog inilah yang akan diperankan dan diperagakan oleh pemain drama.
Bab-bab yang tergolong penting itu selanjutnya diubah menjadi beberapa babak untuk memaparkan peristiwa-peristiwa tertentu.
Kutipan cerpen
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat kepala sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskito bangun di muka kelas, membelakangi bangku-bangku. Memang ia memegang gunting, tetapi tidak terbuka. Suara kepala sekolah menggelegar:
"Berikan gunting itu, Waskito"
Suara demikian bernafsu kukhawatirkan justru akan membikin muridku mata gelap. Sekali pandang saya mengetahui bahwa Waskito kaget oleh kedatangan kepala sekolah. Tanpa berpikir panjang kumanfaatkan kejutan tersebut. Tiga atau empat langkah saya bergegas mendahului kepala sekolah, gunting itu kurebut dengan kedua tanganku.
"Ah, kau ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini!"
Dan eksklusif saya berbalik, memperlihatkan gunting kepada kepala sekolah yang telah berada sempurna di sampingku. Tanpa suatu kata, kurangkulkan lengan ke bahu Waskito. Segera setengah kudorong, ia kuajak keluar menuju ke kantor.
Sumber: N.H. Dini. 1986. Pertemuan Dua Hati.
Apabila teks dongeng di atas diubah menjadi teks drama, maka perubahannya menyerupai berikut ini.
(Ibu Suci berlari menuju kelas, menerobos kerumunan murid yang menonton di pintu. Kepala sekolah maju membentak dan menghardik para penonton. Waskito bangun di muka kelas, membelakangi formasi bangku-bangku. Tangannya menggenggam gunting yang tak terbuka.)
Kepala Sekolah:
(Suara agak menggelegar) Berikan gunting, Waskit
(Waskito terkejut mendengar bunyi kepala sekolah yang sedikit kasar)
Ibu Suci:
(Dengan tiga atau empat langkah ke depan merebut gunting tersebut dari tangan waskito) Ah, kau ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini! (langsung berbalik, memperlihatkan gunting tersebut kepada kepala sekolah lalu merangkulkan lengan ke arah bahu Waskito sambil mengajaknya keluar kelas)
Sumber https://www.berpendidikan.com
Bentuk karya sastra, contohnya cerita pendek (cerpen), sanggup diubah bentuknya menjadi naskah drama. Supaya pengubahan bentuk sastra ini berhasil, kita harus memahami isi cerpen yang akan kita ubah.
Selain itu, kita juga harus sudah memahami bentuk naskah drama. Naskah drama ditulis dalam bentuk obrolan atau percakapan antarpelaku.
Naskah drama ditulis untuk dipentaskan atau dipanggungkan. Karena naskah drama ini dipentaskan, percakapan lebih banyak dibandingkan penjelasannya.
Mengubah cerpen menjadi teks drama menuntut kecermatan. Bahasa yang dipergunakan harus lugas. Hal ini berbeda dengan bahasa novel yang cenderung panjang dan bertele-tele.
Bahasa mempunyai kaitan eksklusif dengan dialog. Dialog inilah yang akan diperankan dan diperagakan oleh pemain drama.
Gambar: Naskah drama dari cerpen |
Langkah-langkah Mengubah Cerpen Menjadi Teks Drama
a. Menghayati tema cerpen.
Tema merupakan inspirasi pokok yang mendasari penarasian sebuah cerita. Berangkat dari tema sanggup diketahui inspirasi pokok sebuah cerita.b. Cerpen dibagi menjadi beberapa kepingan penting dan lalu diubah menjadi babak.
Cerpen biasanya terdiri atas beberapa bagian. Bagianbagian tersebut tentu memuat beberapa insiden penting yang melandasi cerita.Bab-bab yang tergolong penting itu selanjutnya diubah menjadi beberapa babak untuk memaparkan peristiwa-peristiwa tertentu.
c. Menyusun obrolan menurut konflik yang terjadi antartokoh.
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen biasanya dirangkai oleh suatu insiden yang di dalamnya mempunyai konflik-konflik. Konflik-konflik yang terjadi antartokoh tersebut diubah menjadi dialog.d. Membuat deskripsi-deskripsi untuk menjelaskan latar, akting atau lighting.
Mengubah Cerpen Menjadi Teks Drama
Amati perbedaan atau perubahan naskah cerpen menjadi teks drama di atas. Dalam teks drama klarifikasi mengenai latar, akting maupun lighting ditulis dalam tanda kurung dengan dicetak miring. Antara tokoh dengan obrolan dipisahkan dengan tanda titik dua ( : ), dicetak dengan aksara normal.Contoh cerpen yang diubah menjadi naskah drama
Kutipan cerpen
Aku desak kerumunan murid yang menonton di pintu. Kulihat kepala sekolah maju sambil membentak dan menghardik para penonton. Waskito bangun di muka kelas, membelakangi bangku-bangku. Memang ia memegang gunting, tetapi tidak terbuka. Suara kepala sekolah menggelegar:
"Berikan gunting itu, Waskito"
Suara demikian bernafsu kukhawatirkan justru akan membikin muridku mata gelap. Sekali pandang saya mengetahui bahwa Waskito kaget oleh kedatangan kepala sekolah. Tanpa berpikir panjang kumanfaatkan kejutan tersebut. Tiga atau empat langkah saya bergegas mendahului kepala sekolah, gunting itu kurebut dengan kedua tanganku.
"Ah, kau ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini!"
Dan eksklusif saya berbalik, memperlihatkan gunting kepada kepala sekolah yang telah berada sempurna di sampingku. Tanpa suatu kata, kurangkulkan lengan ke bahu Waskito. Segera setengah kudorong, ia kuajak keluar menuju ke kantor.
Sumber: N.H. Dini. 1986. Pertemuan Dua Hati.
Apabila teks dongeng di atas diubah menjadi teks drama, maka perubahannya menyerupai berikut ini.
(Ibu Suci berlari menuju kelas, menerobos kerumunan murid yang menonton di pintu. Kepala sekolah maju membentak dan menghardik para penonton. Waskito bangun di muka kelas, membelakangi formasi bangku-bangku. Tangannya menggenggam gunting yang tak terbuka.)
Kepala Sekolah:
(Suara agak menggelegar) Berikan gunting, Waskit
(Waskito terkejut mendengar bunyi kepala sekolah yang sedikit kasar)
Ibu Suci:
(Dengan tiga atau empat langkah ke depan merebut gunting tersebut dari tangan waskito) Ah, kau ini ada-ada saja! Dari mana kaudapatkan gunting ini! (langsung berbalik, memperlihatkan gunting tersebut kepada kepala sekolah lalu merangkulkan lengan ke arah bahu Waskito sambil mengajaknya keluar kelas)
Sumber https://www.berpendidikan.com
loading...
Buat lebih berguna, kongsi: